Setelah Cantik Jangan Menyebalkan

Mural  yang satu ini saya buat pada sebuah hari, yang dimana “Hari” tersebut merupakan peringatan hari Kartini, tepatnya tanggal 21 April, hari tersebut merupakan  Hari Raya kaum perempuan indonesia, pasalnya di hari tersebut, para wanita indonesia mengenang semua jasa dari Ibu kita Kartini,  Pahlawan wanita yang membebaskan para kaum wanita dari segala bentuk jenis diskrimiasi, dan penindasan.

Dalam tulisan dan surat-suratnya, Kartini memproyeksikan tentang kegetiran dan kesedihan yang dialaminya sebagai anak yang selalu diletak-kan sebagai makhluk kelas dua setelah saudara laki-lakinya, perannya dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki.  Sepanjang hidupnya Kartini mengalami penderitaan batin, melihat kaum wanita di perlakukan tidak adil, meski akhirnya dia harus menerima kenyataan pahit, menjadi istri ke empat Bupati Rembang.  Kartini bercita-cita memberi bekal pendidikan kepada perempuan perempuan, terutama budi pekerti, agar mereka menjadi ibu yang independent, sehingga mereka tidak perlu di nikahi kalau mereka tidak mau.” (Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini, Djambatan, 1985: xvii).
Gerakan ber aroma perempuan di Indonesia mulai muncul ke permukaan, setelah terbit buku kompilasi surat-menyurat Kartini dengan teman-teman Belandanya ( Stella, Ny. Abendanon dan Ny. Ovink-Soer) berjudul Door Duisternis Tot Licht (1911). Buku ini sangat populer ketika Armin Pane, (pujangga angkatan Balai Pustaka), menerjemahkannya dan memberinya judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku ini sangat berkontribusi untuk kaum wanita dan banyak menyulplai gerakan bagi kaum wanita di Indonesia untuk memperjuangkan harkat dan martabatnya agar sejajar dengan laki-laki. Karena kenyataan nya dahulu ideologi perempuan selalu di pandang sebelah mata, perempuan dahulu hanya di tempatkan pada 3 wilayah yang di tudingkan sebagai “kodratnya”, (dapur,sumur,kasur). Akhirnya kata “emansipasi wanita” menjadi sihir yang ampuh.

Begitulah sekiranya alasan  saya membuat mural “Setelah Cantik Jangan Menyebalkan”,



Terlepas dari konsep dan tekhnis, saya sangat mengucapkan banyak terimakasih kepada Suci Cisika Putri yang telah membantu banyak dalam prosesnya. Dari awal hingga selesai, Cisika adalah Mahasiswi Universitas Brawijaya, Fakultas Teknik jurusan Perencanaan Wilayah Kota , di MALANG. Sungguh teman saya yang satu ini sangatlah menginspirasi. Semoga pengalaman di jalanan itu tidak membuatnya merasa kapok, karena memang pada waktu proses pengerjaan ada beberapa masalah teknis..... hehehe Matur Nuwun.

Comments