GERILYA LAWAN MESIN

WHEAT PASTE-KILLING MACHINE


Sosok tokoh bernama Raden Mas Ontowiryo berjuang melawan penindasan penjajah di Tanah Jawa yang di kenal dengan sebutan Pangeran Diponegoro, merupakan sebuah cerita favorit yang membakar dada saya semasa kecil. Pangeran Diponegoro yang merupakan tokoh inti Perang Gerilya (1825-1830) melawan dan menentang secara terbuka pemerintahan Hindia¬-Belanda dan peng khianatan busuk bangsanya sendiri dengan gagah dan berani. 

Perlawanan ini mendapat dukungan dari rakyat sehingga Pangeran Ontowiryo berhasil memeperbesar kekuatannya dan membuat pemerintahan Belanda menjadi morat-marit karenanya, walaupun pada akhirnya kisah penentangan Diponegoro gagal dan beliau wafat dalam sebuah pengasingan di tangan orang-orang tamak, tetapi pengorbanan nya adalah sebuah kisah menarik bagi saya, yang selalu membakar dada dan semangat dulu hingga sekarang.

Sebuah kisah yang melatar belakangi karya ini, adalah ampul bagi saya untuk merekontruksi ulang sosok/tokoh heroik dalam imajinasi, dan menghadirkan wujud proyeksinya dengan harapan akan ada manifestasi yang lahir dengan dengan semangat juang yang sama. 

Dalam karya saya yang berjudul “ GERILYA LAWAN MESIN. ” Adalah gambaran kecil dari banyaknya sudut persoalan itu di tengah hingar bingar kota yang kian hari semakin ambyar dan tidak manusiawi, perubahan kota Yogyakarta sangat drastis akhir-akhir ini dan menjadi topik yang menarik untuk di perbincangkan.

Pembangunan besar-besaran di kota Jogja, menimbulkan berbagai persoalan sosial dan konflik horizontal di tengah masyarakat, bahkan pembangunan ini cenderung lebih berpihak pada investor di bandingkan masyarakyat kecil yang merupakan energi besar bagi nilai kearifan kotanya sendiri. Hotel dan mall muncul di mana-mana, penggusuran dan pengalihan lahan terjadi di tengah kota yang dulu sangat toleran ini, merupakan gambaran betapa impoten visi misi pemerintah kota dalam program pembangunan.
Karya ini memproyeksikan tentang kegelisahan saya terhadap situasi saat ini, salah satunya adalah persoalan kemacetan yang menjadi penyakit dan bukti kemunduran Kota Berhati Nyaman.

Sekarang setiap pagi dan sore hari, jogja tidak berbeda dengan kota besar lain nya, kemacetan ada di mana-mana, bahkan ketika hari besar atau liburan jumlah kendaraan pasti melonjak drastis. Keadaan itu sepertinya selalu di makumi, ketidak sadaran akan bobroknya situasi ini adalah paradigma miring yang seharusnya kita benahi, toh faktanya jika di hadapkan dengan kemacetan pawai sepeda, becak atau andong, banyak dari kita yang akan mengerutkan alis sambil mecucu, tapi jika kendaraan mesin yang berbaris panjang niscaya banyak di antara kita akan mewajarkan keadaan itu.
Sosok ilustrasi Pangeran Diponegoro menginjak mobil ini merupakan representasi dari kekecewaan saya terhadap aktualisasi masyarakat kota yang semakin hedon, faktanya mobil merupakan salah satu symbol populer dari pencapaian gaya hidup mewah yang di inginkan mayoritas orang sebagai pembuktian status sosial.

"Dan kekecewaan semakin menjadi terhadap fasilitas transportasi publik yang ecek-ecek, sehingga kendaraan pribadi makin membanjiri jalanan, semua berebut dan tumpah beramai-ramai memadati jalanan sempit kota.
Seharusnya Pemerintah daerah beserta lapisan terkecilnya mulai mencarikan solusi untuk ini, sehingga kita tidak lagi menjadi korban di tengah kemacetan jalan menahan berak dan polusi yang akan terus di deposit dalam paru-paru. "

Tidak berbeda dengan seniman besar seperti Raden Saleh dan Dulah, saya yang remeh ini juga ingin memproyeksikan sosok Diponegoro yang tangguh dengan imajinasi masa kecil dulu, meskipun saya tidak berkapasitas sebesar mereka berdua. Dengan media sepele dan tidak seberapa ini, secara teknis saya memilih medium ruang publik untuk mendistribusikan visual ini agar bisa menjadi salah satu upaya berdialektika dan membagi keluh kesah kepada publik.
Streetart adalah latar belakang yang saya pilih untuk meng ekspresikan sebuah gagasan, bahkan hanya sekedar bermain-main di wilayah ini. Karena bentuk kerja di ruang publik lebih menyenangkan.
 

Comments